Sabtu, 29 Oktober 2011

Ibu Bekerja

Banyak wanita bekerja yang menghadapi dilema setelah memiliki anak. Berkonsentrasi penuh pada urusan rumah tangga dan atau menjadi 'ibu super', dan membagi diri menjadi seorang profesional sekaligus ibu.
Di satu sisi, wanita mengeluhkan waktu yang dihabiskan jauh dari anak-anak ketika berada di tempat kerja.
Di sisi lain, ibu kerap menjadikan pekerjaan sebagai pelarian dari rutinitas di rumah.

Ada perempuan yang berani berhenti bekerja karena ingin berfokus mengasuh anak secara maksimal. Namun, ada pula perempuan yang tetap harus bekerja sambil mengurus keluarga. Menyeimbangkan waktu antara karier, keluarga ternyata membantu mengajarkan anak mengenai disiplin dalam manajemen waktu dan etika kerja yang kuat. Selain itu, tanpa Anda sadari Anda pun tumbuh menjadi perempuan yang cekatan dan tak mudah menyerah.

Begitu tiba di rumah, Anda dapat melepaskan semua atribut Anda sebagai perempuan karier dan menghabiskan waktu berkualitas bersama anak-anak. Ketika Anda harus cuti untuk mengambil rapor atau menemani acara anak, Anda tidak memandangnya sebagai sesuatu yang membebani pikiran. Anda tak mengkhawatirkan apakah pekerjaan di kantor beres karena menganggap momen cuti ini betul-betul untuk rileks dan membangun ikatan dengan anak.

Dilema yang sering dialami ibu bekerja adalah ketika anak sakit padahal pekerjaan di kantor sedang tidak bisa ditinggalkan.
Ibu bekerja sebaiknya menabung waktu cuti atau libur mereka. Jangan gunakan waktu cuti atau kesempatan libur tersebut untuk hal-hal yang tidak penting. Selain itu, ibu bekerja sebaiknya juga sudah bicara pada atasan mereka soal kemungkinan terjadinya anak jatuh sakit ini. Dengan bicara pada atasan, Anda jadi bisa memahami bagaimana sikap mereka atas masalah tersebut. Jika atasan ternyata cukup fleksibel, Anda tentu tidak perlu pusing mengatur waktu cuti, karena bisa jadi atasan mengizinkan Anda bekerja dari rumah. Namun kalau ternyata atasan termasuk orang yang cukup kaku, Anda tentu harus mempersiapkan diri.

Sebagai ibu bekerja, usahakan Anda mengerjakan tugas yang penting di pagi hari. Hal itu agar ketika Anda ditelepon orang rumah atau pihak sekolah di siang hari, yang mengabarkan anak sakit, tugas utama Anda sudah selesai.

Ibu bekerja sebaiknya juga punya orang yang bisa dipercaya untuk mengurus anak, selama ibu belum kembali ke rumah. Orang tersebut bisa saudara, teman, atau tetangga. Berkomunikasilah dengan mereka sejak jauh-jauh hari untuk membahas tugas tersebut. Jangan sampai ketika anak sakit dan Anda masih di kantor, ibu tidak punya orang cadangan yang dapat dipercaya.

Saat anak mulai pilek atau batuk, beberapa ibu terkadang menganggap kedua penyakit tersebut bukan masalah berarti. Mereka berharap kedua penyakit itu bisa sembuh dengan sendirinya.

Ibu bekerja bukanlah wanita super. Saat si kecil sakit, Anda pun membutuhkan bantuan orang lain, terutama jika ternyata pekerjaan di kantor benar-benar tidak bisa ditinggalkan.
Berdiskusilah dengan suami soal bagaimana Anda dan dia mengurus anak yang sedang sakit. Meskipun Anda ibu, bukan berarti Anda satu-satunya orang yang bisa ada di samping anak di rumah. Suami pun bisa diandalkan, malah momen itu dapat membuatnya lebih dekat dengan anak.

Minta bantuan pada keluarga terdekat juga bisa jadi cara lainnya untuk mengurus anak sakit jika memang Anda atau suami benar-benar tidak bisa. Namun sebaiknya Anda sudah memberikan instruksi dan pesan yang jelas pada mereka sebelum meninggalkan anak untuk bekerja.